Kesempatan

Selasa, 03 Februari 2009

Orang bijak pernah membagi tiga jenis manusia.

Pertama, manusia bodoh, yakni mereka yang selalu melalaikan dan mengesampingkan setiap kesempatan yang ada.
Kedua, manusia baik, yakni mereka yang selalu mengambil kesempatan yang datang kepadanya.
ketiga, manusia bijak, yakni mereka yang selalu mencari kesempatan yang memungkinkan dirinya untuk terus berkembang tanpa harus menunggu.

Lantas, dimanakah kesempatan itu? diluar atau didalam diri?

kesempatan sebenarnya bukan berada diluar diri manusia. Kesempatan yang hakikijustru berada dalam diri individu tersebut.Artinya, respon kita terhadap peristiwa yang terjadi, akan menggiring pemaknaan pada kitaapak itu kesempatan atau bukan.

Proses pemaknaan dan mengambil kesempatan atau peluang tidak semata-mata ditentukan oleh jenjang pendidikan atau jabatan, melainkan melalui cara kita memandang. Oleh karena itu, dalam kenyataanya ada dua jenis manusia yang dapat memaknai fenomena yang ada sebagai suatu kesempatan, yakni opportunist atau adventurer.

Disebut opportunist manakala orang-orang tersebut memanfaatkan kesempatan dengan niat yang tidak tulus, bahkan cenderung mengorbankan orang lain. Sebagai contoh kongkrit, ada banyak peristiwa dimana orang memanfaatkan kesempatan untuk menjarah barang-barang orang yang mengalami kecelakaan, sementara si pemilik sedang sekarat.

Sebaliknya, mereka yang mampu memanfaatkan kejadian yang ada sebagai sarana untuk membangun dirinya dan orang lain bahkan tempat bekerjanya mereka itulah yang disebut kaum adventurer. Mereka bahkan melihat apa yang tidak mungkin dimata orang lain menjadi mungkin. Ada pepatah didunia keirausahaan yang mengatakan "Ribuan orang melihat apel jatuh, namun hanya Isaac Newton yang berkata : mengapa?"

Kehadiran kaum adventurer ditengah-tengah lingkungan menjadi sumber inspirasi bagi orang lain untuk mengembangn potensi. mereka tidak segan-segan berbagi kepada orang lain, tanpa rasa takut tersaingi atau popularitasnya akan hancur. Mereka tahu bahwa semakin banyak memberi inspirasi semakin peka pula intiusinya dalam melihat kejadian sebagai suatu kesempatan.

Kejadian boleh sama, perubahan yang terjadi dilinkungan kitapun mungkin sama. Akan tetapi untuk menjadi opportunist ataupun adventurer adalah suatu pilihan. Mari kita menjadi kaum adventurer yang memiliki pikiran selangkah lebih maju dari setiap kejadian. One stop Ahead!

sumber : Setengah isi Setengah kosong-nya Parlindungan Marpaung

(mungkin juga) salah kita

Minggu, 01 Februari 2009

Macet!. Jakarta gak lepas dari fenomena itu. Setiap hari, entah pagi, siang ataupun malam. Banyak hal penyebabnya. Ketika macet terjadi, sering kita menggerutu, "wah, ini pasti angkot/bus yang berheneti sembarangan nih", "ini karena pengendara motor yang ugal-ugalan nih". Tapi sadarkah kita, kalau kita tarik ke belakang, macet ini mungkin juga salah kita. Kita yang enggan berjalan sekian ratus meter menuju halte, kita yang lebih senang berdiri diperempatan menunggu angkutan. Atau bagi kita yang naik motor, karena enggan memutar jalan yang agak jauh, kita akhirnya berbalik di tempat yang seharusnya dilarang.

Pun demikian dengan banjir. (mungkin juga) salah kita!. Kita yang enggan membuang sampah pada tempatnya, kita yang enggan mebersihkan lingkungan kita, dan kita yang merasa cukup bangga dengan kehidupan kita tanpa memperhatikan lingkungan sekitar kita.

Mungkin kita berpikir, "apalah artinya kalau cuma saya ini, tidak akan efeknya terhadap kemacetan ataupun banjir yang ada". tapi sadarkah kita, jika semua orang berpikiran yang sama, bukankah itu mungkin terjadi?. Alkisah pada jaman kekhalifahan (saya lupa namanya), bahwa setiap kepala keluarga yang ada diwajibkan mengumpulkan satu sendok madu dalam suatu bejana. Dalam fikiran seorang kepala keluarga, karena enggan menyerahkan madu, akhirnya dia gantikan madu itu dengan air. dia berpikir, "toh khalifah tidak akan tau kalau saya tidak menyerahkan madu, yang penting saya terlihat membawa sendok berisi dan menumpahkannya ke bejana itu". Tapi apa yang kemudian terjadi? Semua ternya berpikiran sama dan yang terkumpul bukanlah madu tapi air!.

Teman, semoga kisah singkat diatas mampu menjadi kaca buat diri kita.
Apakah selama ini kita berbuat demikian?
Manusia tidaklah sempurna, pasti memiliki kesalahan. Tapi manusia yang cerdas, salah satunya adalah manusia yang mampu belajar dari masa lalunya, agar di kehidupan mendatangnya menjadi lebih baik.