Syukur

Jumat, 22 Agustus 2008


Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih
(QS. 14 : 7)


Syukur. Sebuah kata yang sangat mudah diucapkan, sangat mudah dianjurkan, tetapi merupakan suatu perbuatan yang sangat sulit dilakukan.
Kenapa perbuatan? Karena sebenarnya, syukur tidaklah hanya ucapan belaka, tapi juga harus disertai dengan perbuatan-perbuatan yang mewujudkan rasa syukur tersebut. Apa yang terungkap diatas, mungkin sudah amat sering kita dengarkan. Namun sudahkah kita laksanakan?

Tiada suatupun yang menjadi sia-sia atas apa yang sudah Allah gariskan. Semua telah Allah buat sedemikian rupa. Bahkan hal yang terkecil sekalipun yang mungkin menurut kita tidak berarti. Bernafas misalnya. Kenapa yang kita hirup adalah oksigen, kemudian bagaimana paru-paru mengolah oksigen tersebut, bagaimana kemudian jantung kita memompa sel darah, dan seterusnya. Atau ketika kita bersin, berapa juta sel yang kita keluarkan ketika bersin, kenapa harus sedemikian. Sesunggguhnya jika kita mengetahui apa dan bagaimana itu, maka tidak akan berhenti lidah kita untuk mengucap Allahu Akbar, Allah maha besar,

Tapi terkadang kita lebih menyukai melihat segala kekurangan kita. Kita selalu melihat orang lain yang lebih beruntung. Pada saat itu, kita merasa sebagai orang yang tidak beruntung, yang pada akhirnya kita melupakan begitu banyak nikmat yang sudah Allah berikan kepada kita. Jika kita selalu melakukan hal itu, yakinlah bahwa kita tidak akan bahagia. Kita senantiasa dirundung kegelisahan yang mengakibatkan kita tidak bias hidup tenteram.

Yang harus kita lakukan adalah lebih banyak ‘melihat’ ke bawah, yang mana ternyata amat sangat banyak orang yang tidak seberuntung kita. Jika kita saat ini bisa makan 3 x sehari, coba lihat berapa banyak orang miskin di dunia ini. Jika kita bisa tidur nyenyak dimalam hari, coba kita lihat berapa banyak penduduk dunia yang tidak bisa merasakannya akibat bencana dan perang. Jika kita sudah bekerja, coba perhatikan berapa banyak orang yang menganggur, bersusah payah mencari rezeki bahkan dengan meminta-minta, sementara kita sudah mampu memberi.

Ah.. seandainya semua kita ungkap disini, takkan cukup tulisan ini untuk menguraikan segala nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita. Dan pastinya, semakin kita banyak mengetahui nikmat Allah, kita akan semakin merasa kecil dihadapanNya. Allah tidak meminta apa-apa dari kita. Ia hanya menginginkan kita untuk bersyukur. Yap!! Bersyukur!. Walaupun dengan tidak beryukurpun, itu tetap tidak akan berpengaruh terhadap kuasaNya Allah. Sebenarnya itu semua bukan untuk Allah, tapi untuk kita sendiri. Allah malah telah menjanjikan, seperti yang ada pada surat Ibrahim : 7 seperti terkutip di atas, bahwasanya Allah akan menambah nikmatnya jika kita bersyukur dan jika kita kufur maka ingatlah bahwa Allah sangat pedih.

Lantas bagaimana bersyukur itu?. Menurut saya ada banyak macam cara yang menunjukkan rasa syukur kita. Hal yang paling mudah adalah mengucap Alhamdulillah. Hal yang lainnya adalah dengan merawat apa yang sudah Allah berikan kepada kita dengan tidak merusaknya dengan perbuatan-perbuatan kita sendiri.

So… sudahkan kita bersyukur hari ini?

Lelah

Sabtu, 16 Agustus 2008

Lelah!. Entah sudah berapa kali kata itu keluar dari mulut saya. Bukan pula hanya hari ini. Saya yakin, banyak pula diantara pembaca yang merasakan hal serupa. Bisa jadi karena pekerjaan yang terus berdatangan tanpa ada jeda untuk istirahat (atau istirahatnya tidak cukup), atau pula beban pikiran yang tak kunjung hilang.

Ada kalanya memang, kita harus berhenti sebentar, untuk melepas penat ataupun refreshing keadaan yang ada, untuk selanjutnya itu menjadi ancang-ancang kita dalam keaadan selanjutnya yang akan kita hadapi. Istirahat yang cukup dan berkualitas sudah cukup membuat diri kita kembali fresh dan segar lagi. Akan tetapi, ketika pekerjaan ataupun pikiran kita terus membuat kita lelah apa yang mesti kita lakukan?

Cintai pekerjaan kita
Yap! Kadang rasa lelah atau penat itu timbul dari dalam diri kita, yang mana kita tidak menyukai dengan pekerjaan kita selama ini. Menurut orang tua saya dulu, suatu pekerjaan yang walaupun ringan maka ia akan terasa berat manakala kita mengerjakannya dengan setengah hati. Sebaliknya, seberat apapun pekerjaan, jika dilakukan dengan sepenuh hati, dengan penuh keceriaan maka ia akan terasa ringan.

Dari hal diatas, kiranya rasa ringan dan berat pekerjaan itulah yang membuat tubuh kita menjadi lelah secara cepat atau lambat. Jika pekerjaan kita berat (terasa berat) maka pasti kita akan mudah merasa lelah. Untuk kasus seperti ini, berapa lamapun kita beristirahat maka kita akan kembali cepat lelah. Hal ini juga biasanya dipengaruhi dengan pikiran ataupun tingkat stres kita. pun lingkungan turut mempengaruhi hal ini.

Sebagai contoh adalah diri saya sendiri. Setahun yang lalu, ketika saya masih di Sulawesi, saya merasa lebih nyaman dan bisa menikmati hidup dengan jarang mengeluh lelah karena pekerjaan tidak terlalu banyak, suasanya daerah yang cukup nyaman dan dukungan teman serta keluarga dekat. Namun ketika kini, ketika saya dipindahkan ke Jakarta, dimana tingkat pekerjaan naik tajam, tingkat stres juga tinggi ditambah keluarga yang masih di luar jawa, hmmmm... sepertinya keluhan lelah, capek, stres, selalu mendampingi saya. Walau saya telah mencoba untuk menikmati apa yang ada, namun kenyataanya, saya masih belum bisa menikmatinya.

Namun saya yakin bahwa Allah SWT sudah mengatur rencana kehidupan saya. Sekarang yang bisa saya lakukan adalah terus menjalani apa yang ada dengan apa adanya sambil mencoba menikmati apa yang ada dan mencari hikmah dari apa yang terjadi.

Be Ur Self

Rabu, 13 Agustus 2008

Allah menciptakan dan menghidupkan setiap makhluknya dengan segala sesuatu yang unik. Tak satupun dari kita sama, bahkan orang kembar sekalipun! Subhanallah...

Setiap manusia memiliki minimal satu sisi ataupun bagian yang tidak bisa ditemukan pada orang lain. Kalaupun sama pada bagian tersebut maka akan berbeda pada sisi lainnya. Itulah "mungkin" (karena aku gak tau pasti sebab turunnya ayat ini) Allah menciptakan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal dengan lainnya.

Ada hal menarik dari saling kenal ini, bahwa dengan kita saling mengenal maka kita akan tau tentang orang lain dan lingkungan diluar kita dan tanpa kita sadarai kita telah menjadi pelengkap dalam kehidupan ini. Coba kita bayangkan, seandainya Allah mencipatakan kita semua sama, tanpa ada keunikan pada tiap-tiap makhluk, maka tidak akan dinamika hidup yang bisa kita nikmati. Semua mungkin akan merasa bosan karena apa yang ada pada orang lain sama adanya dengan yang ia punyai.

Kembali pada sisi keunikan manusia, kadang atau bahkan banyak dari kita yang merasa tidak puas dengan apa yang sudah kita miliki. Banyak dari kita justru menyoroti kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita kemudian membandingkannya dengan kelebihan yang dimiliki orang lain, yang pada akhirnya menginginkan seperti apa yang dimiliki orang lain tersebut. Contoh termudah dari kasus ini adalah banyak dari kita meniru gaya baik itu model baju, tatanan rambut sampe gaya hidup sehari-hari dari orang lain (misalnya artis maupun selebriti lainnya), yang kadang malah membuat "tidak pantas" bagi diri kita.

Menurutku, yang terbaik adalah menjadi diri kita sendiri. Dengan segala sesuatu yang telah Allah ciptakan untuk kita, pastinya semua itu takkan sia-sia. Sebanyak apapun kekurangan yang ada pada diri kita, saya yakin bahwa kita masih memiliki potensi, memiliki kelebihan, yang mungkin tidak dimiliki orang lain. Sekarang tinggal bagaimana kita, bisakah kita memanfaatkan kelebihan yang ada. Kekurangan diri bukan untuk disesali, diratapi atau dibenci. Kekurangan diri haruslah disyukuri, karena dibalik kekurangan itu Allah telah menciptakan sesuatu yang indah untuk diri kita, tinggal bagaimana kita bisa mencari, mengolah dan memanfaatkan kelebihan dan rahmat apa yang Allah berikan untuk kita.

So... jangan lagi kita menjadi orang lain, tapi JADILAH DIRIMU SENDIRI

.: Tentang Diri :. Sebuah Renungan

Blog ini adalah blog kedua yang kubuat. Bukan karena aku rajin nge-blog, tapi tak lain karena yang pertama sudah gak pernah tak buka jadi aku lupa account apa yang kupake, :), miris banget yakz?....

Akhirnya, karena aku cuma tau alamat blog-ku yang sebelumnya, akhirnya ada beberapa bagian yang memang aku copy dari blog sebelumnya. Mudah-mudahan ini bisa bertahan lama (hihihi, kayak batere aja ya...). Blog ini sengaja dibuat utnuk menampung segala jenis tulisan, kegiatan, foto, pokoknya apa aja yang ingin aku ungkapkan dan aku share kepada para netter semua.

Lantas kenapa harus .: Tentang Diri :.??

Tentang diri adalah sebuah judul album indie miliknya group nasyid SOHIB 4 All (dulu masih bernama SOHIB = Sound Of Heart In Bitung = dimana saya adalah salah satu personilnya), yang didalamnya terdapat sebuah nasyid dengan judul yang sama yang diciptakan oleh keybordist pertamanya, mas Heru Pramudiyanto yang sekarang dah pindah ke Sidoarjo bersama keluarganya.
Group Nasyid SOHIB yang beranggotakan Saeful A. Tauladani, Syariful Lailiddien, A. Mubarak A, Muh. Husyari (Formasi 2008) -->> Lebih detailnya nanti akan dibahas tersendiri (soalnya kalau dijabarkan disini kepanjangan).

Lirik nasyid .: Tentang Diri :. kurang lebih bercerita tentang pencarian makna hidup sesorang yang akhirnya menemukan cinta abadi tehadap Rabb-nya.. dan seperti itulah yang ingin aku capai... semoga...

Nah itu dia kenapa blog ini kemudian kuberikan nama .: Tentang Diri :.